Banyak orang enggan melakukan stop loss, alasan mendalam utamanya memiliki beberapa poin berikut:
1. Psikologi keberuntungan dan "kesalahan penjudi" "Ambil lagi, bagaimana jika segera rebound?" Ini adalah pemikiran yang paling khas. Para trader menganggap fluktuasi acak pasar sebagai hukum yang pasti, membayangkan pasar akan berbalik sesuai harapan mereka, hasilnya kerugian kecil berubah menjadi kerugian besar.
2. Naluri psikologis untuk menghindari kerugian Dari sudut pandang psikologi, rasa sakit yang ditimbulkan oleh stop loss jauh lebih besar daripada kebahagiaan yang dihasilkan dari keuntungan yang setara. Mengakui kerugian secara aktif sangat bertentangan dengan sifat manusia, menyebabkan orang lebih memilih strategi "burung unta", menutup mata dan bertahan.
3. Ilusi "Kerugian di atas kertas bukanlah kerugian yang sebenarnya" Selama tidak ada posisi yang ditutup, kerugian hanya berupa perubahan angka, seolah masih ada harapan untuk bangkit kembali. Namun, begitu stop loss terjadi, kerugian yang tercatat menjadi fakta yang sudah ditentukan, menghancurkan ilusi secara total.
4. Kelebihan percaya diri dan biaya tenggelam Setelah arah yang salah, tidak hanya tidak melakukan stop loss, tetapi malah terus menambah posisi melawan arus, berusaha untuk meratakan biaya. Ini pada dasarnya terjebak dalam jebakan "biaya tenggelam", menggunakan kesalahan yang lebih besar untuk menutupi kesalahan awal, dan akhirnya dikubur sepenuhnya oleh pasar.
Ringkasan inti: Esensi dari ketidakmauan untuk melakukan stop loss adalah melawan probabilitas dengan emosi. Pasar kontrak adalah permainan probabilitas, trader yang sukses mengelola risiko dengan aturan dan disiplin, sementara trader yang gagal dikuasai oleh harapan dan ketakutan. Stop loss bukan berarti menyerah, tetapi menyisihkan chip untuk bertahan hidup dalam perdagangan berikutnya.
Lihat Asli
[Pengguna telah membagikan data perdagangannya. Buka Aplikasi untuk melihat lebih lanjut].
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Banyak orang enggan melakukan stop loss, alasan mendalam utamanya memiliki beberapa poin berikut:
1. Psikologi keberuntungan dan "kesalahan penjudi"
"Ambil lagi, bagaimana jika segera rebound?" Ini adalah pemikiran yang paling khas. Para trader menganggap fluktuasi acak pasar sebagai hukum yang pasti, membayangkan pasar akan berbalik sesuai harapan mereka, hasilnya kerugian kecil berubah menjadi kerugian besar.
2. Naluri psikologis untuk menghindari kerugian
Dari sudut pandang psikologi, rasa sakit yang ditimbulkan oleh stop loss jauh lebih besar daripada kebahagiaan yang dihasilkan dari keuntungan yang setara. Mengakui kerugian secara aktif sangat bertentangan dengan sifat manusia, menyebabkan orang lebih memilih strategi "burung unta", menutup mata dan bertahan.
3. Ilusi "Kerugian di atas kertas bukanlah kerugian yang sebenarnya"
Selama tidak ada posisi yang ditutup, kerugian hanya berupa perubahan angka, seolah masih ada harapan untuk bangkit kembali. Namun, begitu stop loss terjadi, kerugian yang tercatat menjadi fakta yang sudah ditentukan, menghancurkan ilusi secara total.
4. Kelebihan percaya diri dan biaya tenggelam
Setelah arah yang salah, tidak hanya tidak melakukan stop loss, tetapi malah terus menambah posisi melawan arus, berusaha untuk meratakan biaya. Ini pada dasarnya terjebak dalam jebakan "biaya tenggelam", menggunakan kesalahan yang lebih besar untuk menutupi kesalahan awal, dan akhirnya dikubur sepenuhnya oleh pasar.
Ringkasan inti: Esensi dari ketidakmauan untuk melakukan stop loss adalah melawan probabilitas dengan emosi. Pasar kontrak adalah permainan probabilitas, trader yang sukses mengelola risiko dengan aturan dan disiplin, sementara trader yang gagal dikuasai oleh harapan dan ketakutan. Stop loss bukan berarti menyerah, tetapi menyisihkan chip untuk bertahan hidup dalam perdagangan berikutnya.