Dalam dunia Aset Kripto, Bitcoin selalu dianggap sebagai emas digital, tetapi apakah itu benar-benar dapat bertahan dalam badai ekonomi global?
Belakangan ini, seorang analis pasar senior mengajukan pandangan yang mengganggu: putaran pasar bearish Aset Kripto berikutnya mungkin tidak dipicu oleh siklus pengurangan biasa, melainkan oleh resesi ekonomi global. Pandangan ini layak untuk kita renungkan.
Merefleksikan sejarah Bitcoin, kita menemukan bahwa ia tidak pernah benar-benar menghadapi krisis ekonomi global. Ketika krisis keuangan 2008 meletus, Bitcoin belum lahir; pada saat pecahnya gelembung internet tahun 2001, ia bahkan merupakan masa depan yang jauh. Dengan kata lain, Bitcoin belum pernah mengalami "ujian besar" ekonomi global yang sebenarnya.
Bayangkan, jika ekonomi global mengalami resesi, gelombang kebangkrutan perusahaan, tingkat pengangguran melonjak, dan kredit menyusut, apa reaksi pertama orang-orang? Kemungkinan besar bukan mencari peluang investasi, melainkan berusaha keras untuk melindungi aset mereka. Dalam situasi seperti ini, investor mungkin akan menjual secara besar-besaran aset yang dianggap berisiko tinggi, dan beralih mencari tempat berlindung yang lebih aman, seperti uang tunai, obligasi pemerintah, atau emas.
Jadi, bagaimana Aset Kripto akan berperan dalam badai ini? Meskipun banyak orang menyebutnya sebagai "emas digital", apakah itu akan menjadi salah satu aset yang pertama kali dijual saat pasar mengalami kepanikan? Pertanyaan ini saat ini belum memiliki jawaban yang jelas.
Yang lebih perlu diperhatikan adalah, dibandingkan dengan pasar saham dan obligasi tradisional, likuiditas pasar Aset Kripto relatif lebih rendah. Ini berarti bahwa sekali terjadi penjualan besar-besaran, harganya dapat turun lebih cepat dan lebih tajam, hampir tanpa ruang untuk penyangga.
Risiko potensial ini mengingatkan kita bahwa dalam berinvestasi Aset Kripto, kita tidak hanya dapat fokus pada analisis teknis dan siklus pemotongan. Kita juga perlu memperhatikan indikator ekonomi global seperti tingkat inflasi, data pengangguran, kondisi keuntungan perusahaan, dan kebijakan kredit bank. Faktor-faktor ekonomi makro ini dapat memiliki dampak yang mendalam pada pasar Aset Kripto.
Di era ekonomi global yang saling terhubung ini, investor Aset Kripto perlu memiliki wawasan pasar yang lebih komprehensif. Kita tidak hanya perlu memahami teknologi blockchain dan ekonomi enkripsi, tetapi juga harus peka terhadap pasar keuangan global. Hanya dengan cara ini kita dapat lebih baik menghadapi berbagai situasi pasar yang mungkin muncul, termasuk tantangan yang ditimbulkan oleh potensi resesi ekonomi global.
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Dalam dunia Aset Kripto, Bitcoin selalu dianggap sebagai emas digital, tetapi apakah itu benar-benar dapat bertahan dalam badai ekonomi global?
Belakangan ini, seorang analis pasar senior mengajukan pandangan yang mengganggu: putaran pasar bearish Aset Kripto berikutnya mungkin tidak dipicu oleh siklus pengurangan biasa, melainkan oleh resesi ekonomi global. Pandangan ini layak untuk kita renungkan.
Merefleksikan sejarah Bitcoin, kita menemukan bahwa ia tidak pernah benar-benar menghadapi krisis ekonomi global. Ketika krisis keuangan 2008 meletus, Bitcoin belum lahir; pada saat pecahnya gelembung internet tahun 2001, ia bahkan merupakan masa depan yang jauh. Dengan kata lain, Bitcoin belum pernah mengalami "ujian besar" ekonomi global yang sebenarnya.
Bayangkan, jika ekonomi global mengalami resesi, gelombang kebangkrutan perusahaan, tingkat pengangguran melonjak, dan kredit menyusut, apa reaksi pertama orang-orang? Kemungkinan besar bukan mencari peluang investasi, melainkan berusaha keras untuk melindungi aset mereka. Dalam situasi seperti ini, investor mungkin akan menjual secara besar-besaran aset yang dianggap berisiko tinggi, dan beralih mencari tempat berlindung yang lebih aman, seperti uang tunai, obligasi pemerintah, atau emas.
Jadi, bagaimana Aset Kripto akan berperan dalam badai ini? Meskipun banyak orang menyebutnya sebagai "emas digital", apakah itu akan menjadi salah satu aset yang pertama kali dijual saat pasar mengalami kepanikan? Pertanyaan ini saat ini belum memiliki jawaban yang jelas.
Yang lebih perlu diperhatikan adalah, dibandingkan dengan pasar saham dan obligasi tradisional, likuiditas pasar Aset Kripto relatif lebih rendah. Ini berarti bahwa sekali terjadi penjualan besar-besaran, harganya dapat turun lebih cepat dan lebih tajam, hampir tanpa ruang untuk penyangga.
Risiko potensial ini mengingatkan kita bahwa dalam berinvestasi Aset Kripto, kita tidak hanya dapat fokus pada analisis teknis dan siklus pemotongan. Kita juga perlu memperhatikan indikator ekonomi global seperti tingkat inflasi, data pengangguran, kondisi keuntungan perusahaan, dan kebijakan kredit bank. Faktor-faktor ekonomi makro ini dapat memiliki dampak yang mendalam pada pasar Aset Kripto.
Di era ekonomi global yang saling terhubung ini, investor Aset Kripto perlu memiliki wawasan pasar yang lebih komprehensif. Kita tidak hanya perlu memahami teknologi blockchain dan ekonomi enkripsi, tetapi juga harus peka terhadap pasar keuangan global. Hanya dengan cara ini kita dapat lebih baik menghadapi berbagai situasi pasar yang mungkin muncul, termasuk tantangan yang ditimbulkan oleh potensi resesi ekonomi global.