Sejak awal tahun ini, emas telah menjadi primadona - di tengah berbagai gangguan seperti ketegangan perdagangan, fluktuasi utang AS, dan ketegangan geopolitik, emas berhasil mengalahkan Bitcoin, Nasdaq, dan semua aset utama lainnya, dengan seruan "kembalinya raja" kembali muncul, dan telah meningkat lebih dari 50% dalam setahun. Sementara itu, dibandingkan dengan itu, "emas on-chain" Bitcoin yang secara bertahap mendapatkan atribut sebagai aset safe haven hanya meningkat sekitar 15% dalam beberapa tahun terakhir. Fenomena perbedaan kekuatan yang jelas ini memicu diskusi hangat di pasar tentang "mengapa emas kuat sementara Bitcoin lemah?", "apakah Bitcoin masih layak untuk diinvestasikan?" Dengan menganalisis secara mendalam pola penetapan harga sejarah emas dan logika pembeli, kami tetap berpendapat bahwa Bitcoin sebagai alat lindung nilai baru di era digital saat ini sedang mengalami fase sejarah "lindung nilai + dualitas risiko". Dalam jangka panjang, keunikan dan kelangkaan Bitcoin berarti ia memiliki nilai alokasi jangka panjang yang signifikan seperti emas; dan posisi alokasi rendah terhadap Bitcoin dalam portofolio investasi global saat ini berarti ada lebih banyak leverage alokasi dan ruang untuk keuntungan. Artikel ini menggunakan format Q&A untuk secara sistematis menguraikan kerangka alokasi kami dari berbagai sudut pandang seperti evolusi logika lindung nilai, mekanisme hedging antara emas dan Bitcoin, proporsi alokasi jangka panjang, dan penetapan harga risiko ekor, serta memperkenalkan pandangan dari institusi dan investor utama global untuk membuktikan lebih lanjut.