Penurunan tajam Solana sebesar 27 persen sejak awal tahun telah menimbulkan pertanyaan sulit bagi trader dan pemegang jangka panjang: apakah siklus FOMO SOL akhirnya pecah, atau pasar sedang melakukan reset sebelum lanjutan narasi berikutnya? Sentimen pasar di seluruh kripto memburuk selama Q4 karena kapitalisasi total terus menyusut, menghidupkan kembali perdebatan tentang apakah aset digital tetap didorong sebagian besar oleh spekulasi. Di antara para pemain utama, Solana menonjol sebagai yang paling lemah, menandai tahun terburuknya sejak 2022 sementara rekan-rekannya seperti BNB mencatat keuntungan dua digit.

Data on-chain mencerminkan tekanan yang jelas. Realized Profit and Loss telah jatuh jauh ke wilayah negatif, menandakan capitulation saat investor menjual dengan kerugian. Banyak peserta yang tidak aktif kini lebih memilih menunggu sinyal akumulasi yang lebih jelas daripada mengejar volatilitas. Namun di balik struktur teknikal yang lemah, ekosistem Solana berkembang dengan cara yang mendukung narasi FOMO yang diperbarui. Sekitar 80 persen dari kemitraan barunya berfokus pada tokenisasi aset dunia nyata, menempatkan jaringan ini sebagai salah satu pusat RWA yang paling aktif di industri.
Emas token dari Bhutan, dana institusional sebesar 500 juta dolar dari Keel, dan produk likuiditas tokenisasi Ondo yang akan datang semuanya menyoroti kepercayaan institusional yang semakin meningkat. Aktivitas jaringan juga meningkat, dengan alamat baru melampaui 6,5 juta dan aliran masuk terbaru dari pemegang besar.
Meskipun tekanan bearish jangka pendek, Solana bertransisi dari perdagangan spekulatif menjadi ekosistem berbasis utilitas. Pergeseran ini bisa menjadi katalis yang mengaktifkan kembali minat investor dan memperpanjang kurva adopsi jangka panjang SOL.
$SOL $BNB