Banyak orang menganggap investasi nilai dan memegang jangka panjang sebagai hal yang sama, padahal sebenarnya mereka salah paham.
Memegang jangka panjang hanyalah ide awal, saat membeli memang yakin akan nilai jangka panjangnya, tetapi ini sama sekali bukan kontrak seumur hidup. Masalah utama bukan berapa lama memegang, melainkan—apakah nilai tersebut masih ada, dan apakah ada pilihan yang lebih baik.
Jangan jadikan PE sebagai standar pengambilan keputusan. Rasio harga terhadap laba hanyalah angka statis, PE tinggi tidak selalu berarti harus dijual, PE rendah juga tidak otomatis layak dibeli. Yang perlu diperhatikan sebenarnya adalah berapa banyak uang yang bisa didapat di masa depan, berapa banyak dividen yang bisa dibagikan—yaitu nilai diskonto dari arus kas masa depan. Selama nilai diskonto ini masih memiliki margin keamanan dibandingkan harga saat ini, melanjutkan memegang adalah masuk akal.
Namun, yang paling menguji investor adalah penilaian terhadap biaya peluang. Setelah menjual, uang akan dipakai untuk apa? Apakah bunga tabungan bisa mengalahkan dividen? Atau membeli aset lain? Jika tidak mampu menilai dengan tepat, kemungkinan besar akan mengalami kerugian yang lebih besar. Lalu, apa makna menjual?
Esensi dari investasi bukanlah untuk mendapatkan selisih harga, melainkan agar modal terus bertambah dalam aset yang lebih baik. Ketika tidak menemukan pilihan yang lebih unggul, memegang justru bisa menjadi keputusan paling cerdas. Inilah logika sejati dari investasi nilai.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
16 Suka
Hadiah
16
3
Posting ulang
Bagikan
Komentar
0/400
SnapshotDayLaborer
· 12-16 02:48
Bagus sekali, intinya jangan terlalu kaku, harus fleksibel dalam melihat biaya peluang
Lihat AsliBalas0
RugPullAlertBot
· 12-16 02:33
Bagus sekali, arus kas memang raja
Biaya peluang ini benar-benar membingungkan, kebanyakan orang sama sekali tidak bisa menghitungnya dengan jelas
Dengarkanlah, jangan sembarangan melemparkan telur ke dalam keranjang
PE rendah belum tentu berarti mendapatkan diskon, sudah terlalu banyak jebakan yang saya lihat
Logika ini saya dukung, tapi tingkat kesulitan praktiknya sangat tinggi
Tidak bisa memprediksi arus kas masa depan, lebih baik diam saja dan santai
Ketika tidak ada pilihan yang lebih baik, memaksa masuk ke pasar adalah jebakan besar
Banyak orang menganggap investasi nilai dan memegang jangka panjang sebagai hal yang sama, padahal sebenarnya mereka salah paham.
Memegang jangka panjang hanyalah ide awal, saat membeli memang yakin akan nilai jangka panjangnya, tetapi ini sama sekali bukan kontrak seumur hidup. Masalah utama bukan berapa lama memegang, melainkan—apakah nilai tersebut masih ada, dan apakah ada pilihan yang lebih baik.
Jangan jadikan PE sebagai standar pengambilan keputusan. Rasio harga terhadap laba hanyalah angka statis, PE tinggi tidak selalu berarti harus dijual, PE rendah juga tidak otomatis layak dibeli. Yang perlu diperhatikan sebenarnya adalah berapa banyak uang yang bisa didapat di masa depan, berapa banyak dividen yang bisa dibagikan—yaitu nilai diskonto dari arus kas masa depan. Selama nilai diskonto ini masih memiliki margin keamanan dibandingkan harga saat ini, melanjutkan memegang adalah masuk akal.
Namun, yang paling menguji investor adalah penilaian terhadap biaya peluang. Setelah menjual, uang akan dipakai untuk apa? Apakah bunga tabungan bisa mengalahkan dividen? Atau membeli aset lain? Jika tidak mampu menilai dengan tepat, kemungkinan besar akan mengalami kerugian yang lebih besar. Lalu, apa makna menjual?
Esensi dari investasi bukanlah untuk mendapatkan selisih harga, melainkan agar modal terus bertambah dalam aset yang lebih baik. Ketika tidak menemukan pilihan yang lebih unggul, memegang justru bisa menjadi keputusan paling cerdas. Inilah logika sejati dari investasi nilai.