Ketika ekonomi global tidak stabil, para investor ritel kembali mengandalkan alat prediksi kuno—Siklus Benner. Grafik berusia 150 tahun ini sedang menjadi pusat diskusi di pasar crypto, terutama saat banyak orang mengharapkan puncak pasar akan terjadi pada tahun 2025–2026. Tapi apakah sejarah benar-benar berulang?
Dari Pertanian ke Pasar: Benner dan Prediksinya
Kisah Siklus Benner dimulai dari sebuah kerugian. Pada tahun 1873, Samuel Benner—seorang petani—mengalami krisis keuangan yang parah. Alih-alih bertahan, dia memutuskan untuk belajar. Benner mulai meneliti siklus harga komoditas pertanian, dan pada tahun 1875, dia menerbitkan buku “Prediksi Bisnis tentang Masa Depan dengan Fluktuasi Harga”—di mana Siklus Benner pertama kali diperkenalkan.
Tanpa bergantung pada model matematika yang rumit, Benner menggunakan pengalaman pertanian pribadinya. Dia percaya bahwa siklus matahari mempengaruhi hasil panen, yang kemudian berdampak pada harga komoditas pertanian. Dari pengamatan ini, dia membangun kerangka prediksi yang mencakup tiga faktor:
Garis A: Tahun kepanikan
Garis B: Tahun ledakan—waktu yang ideal untuk menjual aset
Garis C: Tahun resesi—kesempatan untuk membeli
Meskipun pertanian modern telah berkembang pesat selama 150 tahun, Benner memetakan prediksinya hingga tahun 2059. Yang menarik perhatian: siklus Benner tidak memprediksi tahun secara tepat, tetapi cenderung cocok dengan peristiwa keuangan besar—Krisis 1929, Perang Dunia II, gelembung Dot-Com—dengan kesalahan hanya beberapa tahun.
Mengapa Investor Crypto Percaya pada Benner?
Para prediktor terbaru menunjukkan bahwa Siklus Benner telah “mengalahkan” banyak peristiwa besar: dari krisis ekonomi besar hingga kejatuhan akibat COVID-19. Bulan lalu, Google Trends menunjukkan bahwa pencarian kata kunci “Siklus Benner” mencapai level tertinggi yang belum pernah terjadi sebelumnya, mencerminkan kebutuhan investor ritel akan prospek yang optimis.
Secara spesifik, tren menunjukkan: tahun 2023 adalah waktu beli yang ideal, sementara tahun 2026 akan menjadi puncak besar berikutnya dari pasar. Banyak trader crypto menyebarkan grafik ini secara luas, menggunakannya untuk mendukung skenario optimis untuk periode 2025–2026.
“Siklus Benner menyarankan puncak pasar sekitar tahun 2025, kemudian koreksi atau resesi. Jika benar, euforia terhadap Crypto AI dan teknologi baru yang muncul bisa meledak pada 2024–2025 sebelum mereda,” analisis seorang investor.
Realitas Pasar yang Menantang Benner
Namun, perkembangan ekonomi terbaru sedang menguji kepercayaan terhadap prediksi kuno ini. Pada awal April, fluktuasi kebijakan ekonomi global menciptakan kejutan. Pasar crypto bereaksi keras—kapitalisasi pasar turun dari 2,64 juta triliun USD menjadi 2,32 juta triliun USD dalam satu hari saja. Bahkan, tanggal 7 April disebut oleh beberapa orang sebagai “Senin Kelam” karena kejatuhan pasar saham.
Gambaran ekonomi tetap suram. JPMorgan baru-baru ini meningkatkan kemungkinan resesi global tahun 2025 hingga 60%, sementara Goldman Sachs memperkirakan resesi naik menjadi 45%—tingkat tertinggi sejak pasca pandemi. Data ini sangat bertentangan dengan prospek optimis dari Siklus Benner.
Dua Pendekatan Pandangan
Tidak semua orang percaya pada Benner. Peter Brandt—seorang trader veteran—mengkritik grafik ini secara langsung di media sosial: “Grafik semacam ini melayang di ruang mimpi. Saya tidak bisa menggunakannya untuk memutuskan masuk atau keluar pasar, jadi ini hanya gangguan bagi saya.”
Sebaliknya, beberapa investor tetap teguh. “Puncak pasar di tahun 2026. Ini memberi kita satu tahun lagi. Kedengarannya gila? Tentu. Tapi ingat: pasar bukan hanya angka; itu berkaitan dengan psikologi, memori, dan motivasi. Kadang alat aneh itu bekerja—bukan karena sihir, tetapi karena cukup banyak orang percaya,” argumen seorang investor.
Kesimpulan: Apakah Benner Adalah Panduan untuk Investor?
Siklus Benner tetap menjadi alat yang diperdebatkan. Dalam konteks ketidakpastian saat ini, kepercayaan terhadap prediksi ini terkikis oleh peristiwa ekonomi yang tak terduga. Namun, pencarian terus-menerus terhadap Benner menunjukkan bahwa investor ritel masih mencari kerangka pandang untuk mengarahkan—meskipun berasal dari 150 tahun lalu.
Pelajaran sejati mungkin bukan terletak pada benar atau tidaknya Benner, melainkan pada kesadaran bahwa pasar, meskipun dipengaruhi data ekonomi, tetap dikendalikan secara kuat oleh psikologi dan harapan kolektif.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Apakah Siklus Benner Masih Dapat Diandalkan? Bagaimana Pasar Crypto Tahun 2025–2026 Akan Berperilaku?
Ketika ekonomi global tidak stabil, para investor ritel kembali mengandalkan alat prediksi kuno—Siklus Benner. Grafik berusia 150 tahun ini sedang menjadi pusat diskusi di pasar crypto, terutama saat banyak orang mengharapkan puncak pasar akan terjadi pada tahun 2025–2026. Tapi apakah sejarah benar-benar berulang?
Dari Pertanian ke Pasar: Benner dan Prediksinya
Kisah Siklus Benner dimulai dari sebuah kerugian. Pada tahun 1873, Samuel Benner—seorang petani—mengalami krisis keuangan yang parah. Alih-alih bertahan, dia memutuskan untuk belajar. Benner mulai meneliti siklus harga komoditas pertanian, dan pada tahun 1875, dia menerbitkan buku “Prediksi Bisnis tentang Masa Depan dengan Fluktuasi Harga”—di mana Siklus Benner pertama kali diperkenalkan.
Tanpa bergantung pada model matematika yang rumit, Benner menggunakan pengalaman pertanian pribadinya. Dia percaya bahwa siklus matahari mempengaruhi hasil panen, yang kemudian berdampak pada harga komoditas pertanian. Dari pengamatan ini, dia membangun kerangka prediksi yang mencakup tiga faktor:
Meskipun pertanian modern telah berkembang pesat selama 150 tahun, Benner memetakan prediksinya hingga tahun 2059. Yang menarik perhatian: siklus Benner tidak memprediksi tahun secara tepat, tetapi cenderung cocok dengan peristiwa keuangan besar—Krisis 1929, Perang Dunia II, gelembung Dot-Com—dengan kesalahan hanya beberapa tahun.
Mengapa Investor Crypto Percaya pada Benner?
Para prediktor terbaru menunjukkan bahwa Siklus Benner telah “mengalahkan” banyak peristiwa besar: dari krisis ekonomi besar hingga kejatuhan akibat COVID-19. Bulan lalu, Google Trends menunjukkan bahwa pencarian kata kunci “Siklus Benner” mencapai level tertinggi yang belum pernah terjadi sebelumnya, mencerminkan kebutuhan investor ritel akan prospek yang optimis.
Secara spesifik, tren menunjukkan: tahun 2023 adalah waktu beli yang ideal, sementara tahun 2026 akan menjadi puncak besar berikutnya dari pasar. Banyak trader crypto menyebarkan grafik ini secara luas, menggunakannya untuk mendukung skenario optimis untuk periode 2025–2026.
“Siklus Benner menyarankan puncak pasar sekitar tahun 2025, kemudian koreksi atau resesi. Jika benar, euforia terhadap Crypto AI dan teknologi baru yang muncul bisa meledak pada 2024–2025 sebelum mereda,” analisis seorang investor.
Realitas Pasar yang Menantang Benner
Namun, perkembangan ekonomi terbaru sedang menguji kepercayaan terhadap prediksi kuno ini. Pada awal April, fluktuasi kebijakan ekonomi global menciptakan kejutan. Pasar crypto bereaksi keras—kapitalisasi pasar turun dari 2,64 juta triliun USD menjadi 2,32 juta triliun USD dalam satu hari saja. Bahkan, tanggal 7 April disebut oleh beberapa orang sebagai “Senin Kelam” karena kejatuhan pasar saham.
Gambaran ekonomi tetap suram. JPMorgan baru-baru ini meningkatkan kemungkinan resesi global tahun 2025 hingga 60%, sementara Goldman Sachs memperkirakan resesi naik menjadi 45%—tingkat tertinggi sejak pasca pandemi. Data ini sangat bertentangan dengan prospek optimis dari Siklus Benner.
Dua Pendekatan Pandangan
Tidak semua orang percaya pada Benner. Peter Brandt—seorang trader veteran—mengkritik grafik ini secara langsung di media sosial: “Grafik semacam ini melayang di ruang mimpi. Saya tidak bisa menggunakannya untuk memutuskan masuk atau keluar pasar, jadi ini hanya gangguan bagi saya.”
Sebaliknya, beberapa investor tetap teguh. “Puncak pasar di tahun 2026. Ini memberi kita satu tahun lagi. Kedengarannya gila? Tentu. Tapi ingat: pasar bukan hanya angka; itu berkaitan dengan psikologi, memori, dan motivasi. Kadang alat aneh itu bekerja—bukan karena sihir, tetapi karena cukup banyak orang percaya,” argumen seorang investor.
Kesimpulan: Apakah Benner Adalah Panduan untuk Investor?
Siklus Benner tetap menjadi alat yang diperdebatkan. Dalam konteks ketidakpastian saat ini, kepercayaan terhadap prediksi ini terkikis oleh peristiwa ekonomi yang tak terduga. Namun, pencarian terus-menerus terhadap Benner menunjukkan bahwa investor ritel masih mencari kerangka pandang untuk mengarahkan—meskipun berasal dari 150 tahun lalu.
Pelajaran sejati mungkin bukan terletak pada benar atau tidaknya Benner, melainkan pada kesadaran bahwa pasar, meskipun dipengaruhi data ekonomi, tetap dikendalikan secara kuat oleh psikologi dan harapan kolektif.