Peringatan: Raksasa perbankan investasi Goldman Sachs dan Morgan Stanley telah menandai risiko koreksi yang berarti di seluruh pasar saham negara maju utama. Para ahli strategi senior menyoroti bahwa indeks saham AS, Jepang, dan Korea Selatan dapat mengalami penarikan 15% dalam waktu dekat, dengan kekhawatiran yang meningkat terkait valuasi yang terlalu tinggi dan ketidakpastian kebijakan.
Faktor AI yang Mendorong Kegembiraan Pasar
Kenaikan yang dipimpin teknologi, terutama yang berkaitan dengan aplikasi kecerdasan buatan, telah mempercepat valuasi saham ke tingkat yang tidak terlihat dalam beberapa tahun terakhir. Tim riset bank berpendapat bahwa pasar telah memuat optimisme berlebihan terkait pertumbuhan laba yang didorong AI dan hasil teknologi yang transformatif. Antusiasme yang terkonsentrasi di sektor yang berorientasi pertumbuhan ini menciptakan kerentanan, terutama jika sentimen beralih ke pengambilan keuntungan.
Pasar Jepang vs Korea Hadapi Hambatan Berbeda
Menariknya, saham Jepang dan Korea mengalami tekanan yang berbeda. Indeks Nikkei Jepang sedang bergulat dengan pertumbuhan domestik yang lebih lambat dan efek riak dari hasil obligasi global yang lebih tinggi, yang menantang valuasi yang bergantung pada lingkungan suku bunga rendah. Sementara itu, KOSPI Korea Selatan menghadapi tantangan tersendiri—siklus semikonduktor, sensitivitas ekspor, dan pergeseran dalam permintaan teknologi regional. Kedua pasar, bagaimanapun, berbagi eksposur terhadap pengurangan leverage secara luas jika selera risiko global memburuk.
Arus Makroekonomi yang Meningkatkan Tekanan
Selain gelembung aset, latar belakang makroekonomi tetap rapuh. Normalisasi kebijakan Federal Reserve, pertumbuhan yang lebih lambat di ekonomi maju, dan kenaikan hasil obligasi telah menciptakan lingkungan di mana posisi defensif semakin diminati. Investor beralih dari aset berisiko tinggi, menandakan kekhawatiran yang semakin besar tentang ketahanan laba selama puncak siklus.
Apa yang Akan Terjadi Selanjutnya
Konsensus cenderung menuju volatilitas yang meningkat saat pasar menunggu sinyal baru tentang tren inflasi dan panduan bank sentral. Koreksi 15%, meskipun menyakitkan, akan mengatur ulang valuasi ke tingkat yang lebih berkelanjutan—meskipun fluktuasi jangka pendek kemungkinan akan terjadi saat trader menilai kembali risiko versus imbal hasil di seluruh saham global.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Mengapa Saham Jepang dan Korea Menghadapi Tekanan Berbeda Saat Pasar Global Mengincar Risiko Penurunan 15%
Peringatan: Raksasa perbankan investasi Goldman Sachs dan Morgan Stanley telah menandai risiko koreksi yang berarti di seluruh pasar saham negara maju utama. Para ahli strategi senior menyoroti bahwa indeks saham AS, Jepang, dan Korea Selatan dapat mengalami penarikan 15% dalam waktu dekat, dengan kekhawatiran yang meningkat terkait valuasi yang terlalu tinggi dan ketidakpastian kebijakan.
Faktor AI yang Mendorong Kegembiraan Pasar
Kenaikan yang dipimpin teknologi, terutama yang berkaitan dengan aplikasi kecerdasan buatan, telah mempercepat valuasi saham ke tingkat yang tidak terlihat dalam beberapa tahun terakhir. Tim riset bank berpendapat bahwa pasar telah memuat optimisme berlebihan terkait pertumbuhan laba yang didorong AI dan hasil teknologi yang transformatif. Antusiasme yang terkonsentrasi di sektor yang berorientasi pertumbuhan ini menciptakan kerentanan, terutama jika sentimen beralih ke pengambilan keuntungan.
Pasar Jepang vs Korea Hadapi Hambatan Berbeda
Menariknya, saham Jepang dan Korea mengalami tekanan yang berbeda. Indeks Nikkei Jepang sedang bergulat dengan pertumbuhan domestik yang lebih lambat dan efek riak dari hasil obligasi global yang lebih tinggi, yang menantang valuasi yang bergantung pada lingkungan suku bunga rendah. Sementara itu, KOSPI Korea Selatan menghadapi tantangan tersendiri—siklus semikonduktor, sensitivitas ekspor, dan pergeseran dalam permintaan teknologi regional. Kedua pasar, bagaimanapun, berbagi eksposur terhadap pengurangan leverage secara luas jika selera risiko global memburuk.
Arus Makroekonomi yang Meningkatkan Tekanan
Selain gelembung aset, latar belakang makroekonomi tetap rapuh. Normalisasi kebijakan Federal Reserve, pertumbuhan yang lebih lambat di ekonomi maju, dan kenaikan hasil obligasi telah menciptakan lingkungan di mana posisi defensif semakin diminati. Investor beralih dari aset berisiko tinggi, menandakan kekhawatiran yang semakin besar tentang ketahanan laba selama puncak siklus.
Apa yang Akan Terjadi Selanjutnya
Konsensus cenderung menuju volatilitas yang meningkat saat pasar menunggu sinyal baru tentang tren inflasi dan panduan bank sentral. Koreksi 15%, meskipun menyakitkan, akan mengatur ulang valuasi ke tingkat yang lebih berkelanjutan—meskipun fluktuasi jangka pendek kemungkinan akan terjadi saat trader menilai kembali risiko versus imbal hasil di seluruh saham global.