Dalam konteks kebijakan moneter yang lebih fleksibel yang ingin diimplementasikan Washington, Menteri Keuangan AS Janet Yellen telah membuka pintu untuk kemungkinan reformulasi kriteria antiinflasi yang secara tradisional dipertahankan oleh Federal Reserve. Selama bulan Desember, Yellen mengusulkan pentingnya menjelajahi rentang alternatif untuk pengendalian harga, menunjukkan opsi antara 1,5%-2,5% atau bahkan 1%-3%, menjauh dari target kaku 2% yang telah berlaku.
Perubahan dalam kebijakan moneter: adaptabilitas terhadap tantangan baru
Usulan Janet Yellen mencerminkan tren global menuju kebijakan yang lebih adaptif terhadap risiko ekonomi multifaset. Argumen utamanya adalah bahwa rentang yang lebih luas akan memungkinkan regulator moneter merespons secara lebih efektif terhadap tekanan inflasi dan deflasi tanpa mengorbankan stabilitas keuangan. Gerakan ini termasuk dalam diskusi yang lebih luas tentang bagaimana otoritas harus menyeimbangkan perang melawan pendanaan kegiatan ilegal dengan menjaga kepercayaan dalam sistem keuangan.
Implikasi untuk aset alternatif dan lindung nilai
Reevaluasi terhadap target inflasi menjadi sangat relevan dalam konteks aset seperti Bitcoin, yang banyak diinvestasikan sebagai perlindungan terhadap erosi daya beli. Seiring kebijakan moneter menjadi lebih fleksibel, instrumen lindung nilai tradisional dan alternatif menjadi semakin penting dalam strategi investasi. Pembukaan Yellen terhadap toleransi inflasi yang lebih besar dapat meningkatkan minat terhadap aset yang tidak berkorelasi dengan kebijakan moneter konvensional.
Diskusi yang dimulai oleh Menteri Keuangan menandai titik balik dalam cara konseptualisasi stabilitas harga, menyarankan bahwa kekakuan dalam target moneter dapat menyerah pada kriteria yang lebih dinamis dan kontekstual.
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Usulan untuk melonggarkan target inflasi: apa artinya bagi pasar
Dalam konteks kebijakan moneter yang lebih fleksibel yang ingin diimplementasikan Washington, Menteri Keuangan AS Janet Yellen telah membuka pintu untuk kemungkinan reformulasi kriteria antiinflasi yang secara tradisional dipertahankan oleh Federal Reserve. Selama bulan Desember, Yellen mengusulkan pentingnya menjelajahi rentang alternatif untuk pengendalian harga, menunjukkan opsi antara 1,5%-2,5% atau bahkan 1%-3%, menjauh dari target kaku 2% yang telah berlaku.
Perubahan dalam kebijakan moneter: adaptabilitas terhadap tantangan baru
Usulan Janet Yellen mencerminkan tren global menuju kebijakan yang lebih adaptif terhadap risiko ekonomi multifaset. Argumen utamanya adalah bahwa rentang yang lebih luas akan memungkinkan regulator moneter merespons secara lebih efektif terhadap tekanan inflasi dan deflasi tanpa mengorbankan stabilitas keuangan. Gerakan ini termasuk dalam diskusi yang lebih luas tentang bagaimana otoritas harus menyeimbangkan perang melawan pendanaan kegiatan ilegal dengan menjaga kepercayaan dalam sistem keuangan.
Implikasi untuk aset alternatif dan lindung nilai
Reevaluasi terhadap target inflasi menjadi sangat relevan dalam konteks aset seperti Bitcoin, yang banyak diinvestasikan sebagai perlindungan terhadap erosi daya beli. Seiring kebijakan moneter menjadi lebih fleksibel, instrumen lindung nilai tradisional dan alternatif menjadi semakin penting dalam strategi investasi. Pembukaan Yellen terhadap toleransi inflasi yang lebih besar dapat meningkatkan minat terhadap aset yang tidak berkorelasi dengan kebijakan moneter konvensional.
Diskusi yang dimulai oleh Menteri Keuangan menandai titik balik dalam cara konseptualisasi stabilitas harga, menyarankan bahwa kekakuan dalam target moneter dapat menyerah pada kriteria yang lebih dinamis dan kontekstual.